Bocah 5 Tahun Jadi Perawat Ibunya yang Lumpuh

Bocah 5 Tahun Jadi Perawat Ibunya yang Lumpuh
Samsul Hadi - detikSurabaya


Nganjuk - Masih ingat cerita Sinar, bocah berusia 6 tahun asal Polewali Mandar Sulawesi Barat, yang tulus menjadi perawat sang ibu di tengah kelumpuhan. Kisah yang sama juga dialami Muhammad Aditya, bocah berusia 5 tahun asal Lingkungan Jarakan Kelurahan Ganung Kidul Kecamatan/Kabupaten Nganjuk.

Menempati rumah kontrakan di Jl Wilis gang IIA, Adit, demikian Muhammad Aditya biasa disapa, menjadi perawat ibunya saat sang ayah menjalankan aktivitas pekerjaan di luar kota. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian, hingga menyiapkan air mandi untuk sang ibu yang hanya bisa terbaring di kasur, dengan tulus dilakukannya.

"Subhanallah. Kalau Adit tidak melakukan ini, saya tidak tahu bagaimana kehidupan ini bisa saya jalani," kata Sunarti, ibu kandung Adit saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Selasa (19/4/2011).

Adit adalah anak satu-satunya yang dimiliki Sunarti dari pernikahannya dengan suami kedua yakni Rudi (45) asal Jombang. Dari pernikahan pertamanya wanita asal Tambak Sawah, Sidoarjo dikaruniai 3 anak laki-laki, yang saat ini sudah tinggal terpisah darinya.

Kisah pilu itu mulai terjadi saat Adit berusia setahun, tanpa sebab yang pasti mendadak Sunarti tak lagi bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Bahkan organ tubuh dari pinggang ke bawah saat ini sudah tak lagi berfungsi.

Sunarti membantah dugaan kelumpuhannya akibat mall praktek penanganan kelahiran Adit. Meski mengalami pendarahan dalam proses kelahiran Adit, Sunarti tak menganggapnya sebagai penyebab kelumpuhan. "Sampai Adit usia setahun, saya masih sehat wal afiat. Tapi setelah itu mendadak saya gak bisa apa-apa, sampai sekarang," ujarnya.

Saat ini Sunarti sepenuhnya menggantungkan hidupnya kepada Adit, meski dengan segala keterbatasan yang ada. Rudi, suaminya saat ini hanya pulang seminggu hingga dua minggu sekali untuk mengantarkan uang hasil bekerja, selebihnya banting tulang di luar rumah.

"Saya tidak pernah menyuruh dan tidak pernah memintanya melakukan. Seperti menyalakan lampu, saya hanya bilang kalau menggunakan kursi nanti bisa jatuh, gunakan saja sapu untuk menekan saklar, dan dia bisa melakukannya sendiri," beber Sunarti mengenai apa yang dilakukan anaknya.

Sementara Adit, mengaku sama sekali tidak mengeluh. Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, Adit mengaku melakukan semua pekerjaan itu karena rasa sayangnya kepada sang ibu.

"Kasihan ibu atit (sakit)," kata Adit lirih, saat ditanya mengenai kelumpuhan ibunya.

Bocah berambut ikal itu mengaku mengenal semua pekerjaan rumah yang tak semestinya sudah dilakukan. Mulai belajar kepada sang ayah saat pekerjaan yang sama dilakukan. Seperti mencuci pakaian, dia melakukan dengan merendam terlebih dahulu menggunakan sabun, menguceknya pelan, memeras dan menjemur pakaian yang didesain sedemikian rupa, sehingga terjangkau tubuhnya yang kecil.

"Masak nasi ibu yang belsihkan belasnya. Nanti dimasukkan dandang. Kalau gas habis, saya beli, minta dipasang tabungnya. (Masak nasi ibu yang bersihkan berasnya. Nanti dimasukkan dandang (tempat menanak nasi). Kalau gas habis , saya beli, minta dipasangkan (sekalian) tabungnya)," urai bocah berkulit gelap tersebut.

Dengan segala kesibukannya meladeni sang ibu, Adit tetaplah seorang bocah yang menginginkan kesenangan bermain dengan teman seusianya. Jika rasa itu datang dia langsung meminta izin ke ibunya, namun tak lupa pulang jika pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sudah harus dilakukan.

(fat/fat)

http://surabaya.detik..com/read/2011...ya-yang-lumpuh

Spoiler for Adit, Bocah 5 Tahun Selalu Temani Ibunya Berobat ke Alternatif:
Adit, Bocah 5 Tahun Selalu Temani Ibunya Berobat ke Alternatif
Samsul Hadi - detikSurabaya



File: detiksurabaya.com
Nganjuk - Selama ini Muhammad Aditya, bocah berusia 5 tahun asal Kabupaten Nganjuk, selalu menemani ibunya kemana pun pergi. Selain merawat ibunya yang lumpuh, tak jarang Adit, panggilan akrabnya menemani ibunya ke pengobatan alternatif.

Ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Jl Wilis gang IIA, Lingkungan Jarakan Kelurahan Ganung Kidul, Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, Sunarti hanya bisa terbaring di atas ranjang kayu beralaskan kasur dan perlak plastik. Selama 4 tahun lumpuh dia tak sekalipun tersentuh pengobatan modern.

"Ini paling besok atau lusa juga akan saya bawa ke alternatif di (Kecamatan) Prambon. Di sana ada terapi yang katanya bagus, mau saya coba bawa kesana," kata Rudi, ayah kandung Adit kepada detiksurabaya.com di rumahnya, Rabu (20/4/2011).

Rudi mengaku selama ini memang hanya bisa mengandalkan pengobatan alternatif atas kelumpuhan yang dialami istrinya. Pendapatannya yang tak menentu tak ada jaminan biaya istri harus menjalani perawatan di rumah sakit. "Untuk kebutuhan hidup saja kadang seminggu saya hanya bisa ninggali tiga ratus (ribu). Kalau harus ke rumah sakit duit dari mana lagi," keluhnya.

Dari pengobatan alternatif, kata Rudi, istrinya didiagnosa tidak mengalami penyakit apapun dan diminta lebih banyak istirahat agar kelumpuhannya bisa segera sembuh. Diagnosa yang sama juga disampaikan dokter saat istrinya sempat mengalami pendarahan sesaat setelah melahirkan Adit.

"Tapi setelah melahirkan kan sehat, sampai Adit setahun bisa jalan. Saya pikir ya memang kecapekan saja. Anak-anaknya (dari pernikahan pertama Sunarti) nakal-nakal, ibunya jadinya kepikiran terus," terang Rudi.

Meski begitu dirinya berharap jika mendapat rezeki lebih, Rudi ingin sekali membawa istrinya berobat di rumah sakit. Dia mengaku tak tega melihat Adit harus menjadi perawat ibunya, saat dirinya harus meninggalkan rumah untuk kerja.

Sementara Adit, di usianya saat ini belum tahu benar penyakit apa yang diderita ibunya. Meski begitu dia dengan tulus ikhlas melakukan semua aktivitas memenuhi segala kebutuhan ibunya.

"Kasihan ibu atit (sakit)," kata Adit pelan.

Sebelumnya, bodah berusia 5 tahun bernama Muhammad Aditya, harus melakukan semua pekerjaan rumah untuk merawat ibunya yang lumpuh sejak 4 tahun silam. Pekerjaan mencuci piring dan baju, menanak nasi dengan peralatan seadanya, menyapu dan mengepel rumah serta menyiapkan air mandi sang ibu sudah menjadi rutinitas dalam kesehariannya. Yang memprihatinkan, karena keterbatasan ekonomi juga menjadikannya tak memiliki kesempatan bersekolah.

Sementara bagi pembaca yang ingin menyumbangkan sebagian rezekinya untuk Adit silahkan bergabung dengan forum.detiksurabaya.com (DSC) dan mentransfer di nomor rekening di bawah ini dengan kode 204. Contoh bagi yang menyumbang Rp 100.000 menjadi Rp 100.204. Kode ini dilakukan untuk memisahkan dana yang masuk dengan baksos lain yang sedang berjalan.

Bank BCA Cab. Sidoarjo Sun City
A/C 6155006599
a/n Achmad Lutfi


(fat/fat


Spoiler for Pemkab Nganjuk Turun Tangan, Ibu Bocah 5 Tahun Dirujuk ke RS:
Pemkab Nganjuk Turun Tangan, Ibu Bocah 5 Tahun Dirujuk ke RS
Samsul Hadi - detikSurabaya



Nganjuk - Pemerintah Kabupaten Nganjuk akhirnya turun tangan atas penderitaan Muhammad Aditya, bocah berusia 5 tahun yang menjadi perawat ibunya di tengah kelumpuhan. Setelah 4 tahun tak tersentuh penanganan medis, Sunarti, ibunda Adit akhirnya dirujuk ke rumah sakit.

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Nganjuk Abdul Wachid mengatakan, Sunarti dirujuk ke RSUD Nganjuk setelah sebelumnya dijenguk oleh istri bupati Taufiqurahman. Langkah ini diharapkan bisa mempercepat proses penyembuhan, sehingga tak lagi menggantungkan hidupnya kepada sang anak.

"Istri bupati tadi pagi menjenguk ibunya Adit dan meminta agar dia dibawa ke rumah sakit. Sore ini langsung dilakukan dan yang bersangkutan saat ini dirawat di sana," kata Wachid kepada detiksurabaya.com saat dihubungi, Rabu (20/4/2011).

Wachid menambahkan, Sunarti akan dirawat di RSUD Nganjuk sampai sakit yang dideritanya benar-benar sembuh. Seluruh biaya perawatan akan ditanggung oleh Pemkab Nganjuk. "Sampai selesai semua akan digratiskan. Pemerintah daerah yang menanggung biayanya," sambungnya.

Ditanya mengenai kemungkinan merujuk Sunarti ke rumah sakit yang lebih baik, Wachid mengaku langkah itu menjadi pilihan terakhir. Dia yakin RSUD Nganjuk juga sanggup memberikan penanganan yang baik.

"Kalau memang harus begitu nanti juga dilakukan, tapi sementara ditangai di RSUD dulu. Intinya kami sudah berkomitmen untuk menyembuhkan dia sampai benar-benar sembuh tanpa biaya," tegas Wachid.

Sebelumnya, Muhammad Aditya, bocah berusia 5 tahun asal Kabupaten Nganjuk harus menjadi perawat ibunya di tengah kelumpuhan. Pekerjaan rumah tangga, sepeti mencuci piring dan baju, menanak nasi dengan peralatan sederhana, menyapu dan mengepel lantai serta menyiapkan air mandi untuk sang ibu sudah menjadi rutinitasnya.

Sementara sang ibu sejak mengalami kelumpuhan 4 tahun lalu belum sekalipun mendapat penanganan medis. Selama ini hanya pengobatan alternatif yang dituju dengan alasan keterbatasan kemampuan ekonomi.


(fat/fat)

Quote:
jdi sedih ane =.="
semoga Allah memberi mu sorga

VISITORS

Visit Country

free counters

coment in here

wibiya widget