Angka kematian (mortalitas) orang berintelegensi tinggi jauh lebih sedikit ketimbang yang berintelegensi rendah. Demikian disimpulkan studi yang dirilis majalah Psycological Science baru-baru ini.

Kesimpulan ini diperoleh lewat serangkaian survei terhadap sekitar 2 juta relawan, baik laki-laki maupun perempuan, selama 20 tahun terakhir. Hanya sekitar 63% dari jumlah relawan ber-IQ (intelegent quotient) rata-rata 85 yang mencapai usia senja. Bagi orang yang memiliki IQ 115 atau lebih, angka ini meningkat hingga 90%, sebagian bahkan mencapai usia 100 tahun. Menurut peneliti, hal itu disebabkan resistensi psikologis mereka terhadap depresi. Orang-orang cerdas bereaksi terhadap perubahan dalam hidup mereka tanpa kecemasan berlebihan ataupun emosi negatif. (**)
Ilustrasi (Sumber gambar: geniusbeauty.com)
Kesimpulan ini diperoleh lewat serangkaian survei terhadap sekitar 2 juta relawan, baik laki-laki maupun perempuan, selama 20 tahun terakhir. Hanya sekitar 63% dari jumlah relawan ber-IQ (intelegent quotient) rata-rata 85 yang mencapai usia senja. Bagi orang yang memiliki IQ 115 atau lebih, angka ini meningkat hingga 90%, sebagian bahkan mencapai usia 100 tahun. Menurut peneliti, hal itu disebabkan resistensi psikologis mereka terhadap depresi. Orang-orang cerdas bereaksi terhadap perubahan dalam hidup mereka tanpa kecemasan berlebihan ataupun emosi negatif. (**)