“Teroris terbesar dari semuanya adalah Amerika Serikat,” kata profesor Inggris itu.
“Dunia ini penuh terorisme terorganisir. Saya mengacu pada serangkaian perang terorisme Amerika secara terus-menerus pada Islam yang kuantitasnya sama dengan perang sepertiga dunia `Irak, Afghanistan, Pakistan, Yaman, Libya, Suriah (persiapan perang yang sekarang sedang dibuat),” kata Shakespeare.
“Kini adalah saatnya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa AS adalah teroris terbesar dari semuanya,” katanya kepada IRNA menjelang konferensi internasional akhir pekan ini yang diselenggarakan di Teheran.
Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan dari sekitar 80 negara, bertemakan `Dunia Tanpa Terorisme, mencari pendekatan yang komprehensif melawan terorisme di tingkat internasional.`
“Ini bisa dicapai jika Gerakan Non Blok menunjukkan beberapa nyali yang berarti bersikap sampai ke intimidasi dari Amerika Serikat dan sekutunya, misalnya Inggris,” kata Shakespeare, yang merupakan pengacara dan dosen.
Dia mengatakan bahwa sudah 10 tahun sejak AS melancarkan perang yang disebut melawan terorisme, tetapi situasinya justru bertambah buruk.
“Amerika sekarang dibenci di seluruh penjuru dunia: karena pihaknya tidak lagi benar-benar memajukan kepentingan nasional. Semua yang telah benar-benar terjadi adalah bahwa kompleks industri-militer Amerika telah secara besar-besaran meraih keuntungan dari kematian banyak nyawa orang-orang tak berdosa,” katanya.
Setelah menyelenggarakan begitu banyak konferensi mengenai momok terorisme, ia menyarankan bahwa pendekatan baru adalah kebutuhan untuk mengatasi akar penyebab terorisme itu sendiri.
“Akar penyebab adalah sistem keuangan berbasis riba dan kontrol keuangan oleh Wall Street dan London. Suatu ekonomi baru yang bebas riba diperlukan untuk mengakhiri terorisme terorganisir,” kata Shakespeare. (antara/abrar)